Penurunan view di YouTube bukan hanya soal kualitas konten, tapi juga soal perubahan perilaku penonton dan algoritma yang tak kasat mata.
YouTube Lesu? Kamu Tidak Sendiri
Banyak kreator yang mulai mengeluh: “View video saya turun drastis. Padahal kontennya sama, bahkan lebih bagus dari sebelumnya.” Fenomena ini bukan hanya dirasakan satu atau dua channel. Bahkan akun-akun lama yang dulu mendominasi pencarian juga ikut terdampak. Lantas, kenapa bisa seperti itu?

Untuk kamu yang serius menekuni dunia YouTube, memahami penyebab turunnya view bisa jadi langkah awal untuk bangkit lagi. Artikel ini akan mengupas secara santai tapi mendalam soal kenapa view YouTube bisa menurun secara drastis belakangan ini.
1. Dominasi YouTube Shorts dalam Hasil Pencarian
Satu hal yang paling mencolok belakangan ini: saat kamu mencari sesuatu di YouTube, yang muncul pertama kali bukan lagi video panjang berdurasi 5–10 menit, melainkan video Shorts berdurasi 15–60 detik.
Ini adalah perubahan besar dalam algoritma tampilan pencarian YouTube. Sebelumnya, konten panjang masih mendominasi hasil pencarian utama. Tapi kini, YouTube tampaknya lebih memilih menampilkan video pendek terlebih dahulu karena dianggap lebih sesuai dengan user behavior masa kini.
Hasilnya? Video-video panjang yang dulu mendulang view lewat pencarian organik, kini tersisih ke bagian bawah. Bahkan, terkadang tidak terlihat sama sekali jika pengguna tak menggulir halaman pencarian lebih jauh.
2. Perubahan Perilaku Penonton: Pendek Lebih Menarik
Suka atau tidak suka, tren menonton video saat ini lebih ke arah cepat dan ringkas. Video pendek seperti YouTube Shorts, TikTok, hingga Instagram Reels membuat penonton terbiasa menyantap konten dalam hitungan detik, bukan menit.
Orang tak lagi sabar menunggu intro atau penjelasan panjang. Mereka ingin “langsung ke poinnya.” Maka dari itu, meskipun kamu membuat video berdurasi panjang yang berkualitas, bukan berarti akan otomatis mendapat view tinggi jika tidak mampu bersaing dengan cepatnya atensi penonton di video pendek.
3. Kompetitor Semakin Banyak, Niche Semakin Padat
Faktor lainnya adalah persaingan. Setiap hari, ada ribuan channel baru bermunculan. Banyak kreator yang masuk ke niche-niche yang dulunya sepi, kini jadi padat dan kompetitif.
Misalnya, konten tutorial, edukasi, atau bahkan review produk kini punya ribuan pesaing dalam satu tema yang sama. Bahkan, kreator yang baru sekalipun bisa viral hanya karena satu video Shorts, dan itu cukup untuk merebut perhatian audiens dari channel-channel lama.
Jadi, meski kamu merasa sudah punya "penonton tetap", algoritma bisa dengan mudah mengarahkan mereka ke channel lain yang dianggap lebih relevan—meskipun hanya karena durasi yang lebih pendek atau gaya editing yang lebih fresh.
4. Algoritma YouTube Berubah, Tapi Tak Diumumkan
Satu lagi penyebab besar yang sering diabaikan: algoritma YouTube memang terus berubah, tapi tidak semuanya diumumkan secara resmi.
YouTube bisa saja mengubah cara kerja rekomendasi, menentukan mana video yang layak ditampilkan di beranda, pencarian, atau sidebar. Bahkan, ada kemungkinan YouTube kini lebih mengutamakan video yang membuat penonton tetap berada di platform lebih lama secara total, bukan hanya menonton satu video panjang.
Artinya, jika seseorang menonton 10 video Shorts berturut-turut, YouTube menganggap itu lebih “sukses” dibanding seseorang yang hanya menonton satu video panjang. Inilah yang membuat sistem lebih mendorong video pendek, karena secara teknis bisa meningkatkan retention time platform secara keseluruhan.
5. Perluas Strategi, Jangan Andalkan Pencarian Saja
Jika dulu banyak kreator hanya mengandalkan SEO alias pencarian YouTube untuk mendatangkan view, sekarang waktunya berubah. Tidak cukup hanya bermain di kata kunci. Kreator perlu memperhatikan thumbnail, click-through rate (CTR), dan durasi tonton.
Selain itu, distribusi konten juga penting. Bagikan video di komunitas, media sosial, bahkan buat potongan video untuk Shorts atau Reels agar menjaring penonton dari berbagai jalur.
Di situs ajakteman.com, kami pernah bahas soal pentingnya diversifikasi konten dan platform. Sebab di era sekarang, konten yang tidak dibagikan bisa jadi konten yang tidak ditonton.
Akhir Kata: Jangan Panik, Tapi Adaptasi
Penurunan view di YouTube memang mengecewakan, apalagi kalau kamu sudah kerja keras membuat konten yang layak tonton. Tapi ini bukan akhir segalanya. Justru ini bisa jadi momen untuk belajar strategi baru dan berevolusi.
Ingat, semua kreator hebat pun pernah berada di titik sepi. Yang membedakan adalah siapa yang mau terus belajar, mencoba, dan bangkit dengan ide segar.
Selamat beradaptasi, kreator! Dunia digital tidak pernah diam—dan kamu juga jangan.