Langsung ke konten utama

Apa Arti Aok Dalam Bahasa Melayu & Pontianak

“Aok Lah!” – Ungkapan Khas Orang Pontianak yang Juga Dipakai di Malaysia

Jika Anda pernah berkunjung ke Pontianak atau bersinggungan dengan masyarakat di Kalimantan Barat, terutama di wilayah perbatasan, ada satu kata unik yang pasti sering terdengar: “aok”. Kata pendek ini sering diucapkan dalam percakapan sehari-hari dan ternyata bukan hanya khas Pontianak, tapi juga digunakan oleh masyarakat di Malaysia serta sebagian masyarakat Melayu di Riau dan Kepulauan Riau.


Meski terdengar sederhana, “aok” punya nuansa lokal yang kuat dan sarat makna. Tak heran jika kata ini menarik perhatian, terutama bagi Anda yang ingin lebih mengenal ragam bahasa Melayu di Asia Tenggara.

Apa Arti “Aok” dalam Bahasa Melayu Pontianak?

Dalam bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Pontianak dan sekitarnya, kata “aok” secara sederhana berarti “iya” atau “ya”. Misalnya:

  • “Kau nak ikut, kan?”
    “Aok.”
    (Artinya: “Kamu mau ikut, kan?” – “Iya.”)

Namun penggunaannya tidak berhenti di situ. “Aok” juga bisa dimodifikasi tergantung konteks, seperti:

  • “Aok lah”: yang berarti “iyalah” atau “iya deh” – digunakan untuk menegaskan jawaban atau menyetujui sesuatu dengan lebih ekspresif.
  • “Aok : bisa juga berarti “iya, benar” atau bisa juga dimaknai sebagai “betul juga”.

Contoh lain dalam percakapan:

  • “Macam mana kalau kita pergi besok?”
    “Aok bisa juga, nanti aku kabar.”

Kata ini biasanya diucapkan dengan nada datar atau sedikit naik di akhir kalimat, tergantung intonasi dan ekspresi lawan bicara. Di sinilah letak keunikannya: satu kata, banyak rasa.

Tak Hanya di Pontianak, Juga Digunakan di Malaysia dan Riau

Menariknya, penggunaan kata “aok” ini tidak hanya eksklusif di Pontianak. Di negeri jiran, terutama di kawasan Malaysia, masyarakat setempat juga menggunakan kata “aok” dengan arti yang serupa.

Contohnya:

  • “Sudah makan?”
    “Aok, sudah tadi.”

Begitu pula dengan beberapa masyarakat di Riau dan suku Akit di Kepulauan Riau. Mereka juga menggunakan “aok” sebagai pengganti “ya”, menunjukkan bahwa kata ini adalah bagian dari rumpun bahasa Melayu lama yang masih hidup hingga sekarang.

Hal ini menunjukkan adanya keterhubungan historis dan budaya antara masyarakat pesisir Kalimantan Barat, Malaysia, dan wilayah Riau yang dulunya termasuk dalam kawasan Kesultanan Melayu besar. Bahasa menjadi salah satu warisan yang masih lestari.

Bahasa Gaul Lokal yang Bikin Percakapan Lebih Hangat

“Aok” tidak hanya sekadar “iya”, tapi juga menjadi bagian dari gaya komunikasi yang menciptakan keakraban. Ketika seseorang menjawab dengan “aok” dibanding “iya” biasa, terasa ada kedekatan emosional yang lebih hangat, seolah menjawab dari hati, bukan sekadar sopan santun.

Bayangkan Anda sedang nongkrong di warung kopi di pinggiran Sungai Kapuas. Ketika ditanya, “Kau minum kopi lagi, ka?” dan dijawab dengan santai, “Aok,” maka suasana hangat persahabatan langsung terasa.

Banyak anak muda Pontianak juga mulai menghidupkan kembali kata ini dalam media sosial, caption Instagram, hingga status WhatsApp, sebagai bentuk kebanggaan terhadap identitas lokal. Tak jarang juga kata ini dijadikan stiker chat atau desain kaos bertulisan “Aok Lah!” yang terasa keren dan autentik.

Dalam dunia digital yang makin cepat, istilah lokal seperti “aok” justru punya daya tarik besar. Keunikan kata ini bisa menjadi keyword menarik bagi para pencari informasi di internet. Artikel seperti ini bisa menjadi jembatan budaya, mengenalkan kekayaan bahasa daerah kepada khalayak yang lebih luas.

Situs seperti ajakteman.com pun turut mempopulerkan istilah-istilah lokal agar lebih dikenal, terutama di kalangan anak muda dan pencinta budaya Nusantara. Sebab memahami bahasa daerah bukan hanya soal kata, tapi juga memahami cara berpikir, nilai-nilai, dan jati diri suatu komunitas.

Akhir Kata

Bahasa daerah seperti “aok” adalah kekayaan yang tak ternilai. Meskipun terlihat sederhana, namun maknanya dalam dan lekat dengan keseharian masyarakat. Di tengah arus globalisasi, mempertahankan dan mempopulerkan kata-kata lokal adalah bentuk cinta pada warisan budaya.

Jadi, kalau suatu hari Anda berada di Pontianak atau Malaysia Timur dan mendengar seseorang berkata, “Aok lah,” jangan bingung. Itu bukan sekadar jawaban, tapi bentuk keramahan dan keakraban yang menyambut Anda ke dalam hangatnya budaya Melayu Kalimantan.



Baca Topik Terkait :

Postingan Terbaru

Loading...