Langsung ke konten utama

Kapan Bulan Hantu Cina 2025? Ini Waktu Sembayangnya

Fenomena Budaya di Balik "Bulan Hantu" Cina 2025: Tradisi Leluhur yang Terus Hidup

Menyingkap Tabir Tradisi yang Turun-Temurun

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, ada momen-momen khusus yang membuat sebagian masyarakat Asia, terutama keturunan Tionghoa, sejenak menoleh ke belakang. Momen tersebut bukan sekadar upacara adat atau peringatan musiman, melainkan cerminan nilai-nilai spiritual yang telah mengakar selama ribuan tahun. Salah satu di antaranya adalah datangnya bulan ketujuh dalam kalender lunar Cina, yang oleh masyarakat umum kerap disebut sebagai “bulan hantu”.

Fenomena ini bukan sekadar cerita mistis atau mitos yang diwariskan turun-temurun, tetapi memiliki makna spiritual yang dalam. Di tahun 2025, bulan hantu akan dimulai pada 23 Agustus (ce it) hingga 21 September, dengan puncak peringatannya jatuh pada 6 September (cap go), tepat saat tanggal 15 dalam bulan ke-7 kalender lunar.

Apa Itu Bulan Hantu dalam Tradisi Cina?

Asal Usul Kepercayaan dan Makna Filosofisnya

Bulan hantu, atau dikenal pula sebagai “Zhong Yuan Jie” (δΈ­ε…ƒθŠ‚) dalam bahasa Mandarin, merupakan periode di mana diyakini pintu dunia roh dibuka. Pada masa ini, roh leluhur dan arwah yang tidak tenang diperbolehkan mengunjungi dunia manusia. Konsep ini berakar dari perpaduan kepercayaan Taoisme, Buddhisme, dan budaya rakyat Cina kuno.

Berbeda dari festival lain yang lebih meriah dan penuh keceriaan, bulan hantu lebih bersifat reflektif dan penuh penghormatan. Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan spiritual dengan leluhur, serta memperkuat nilai belas kasih kepada makhluk-makhluk yang menderita di alam lain.

Waktu-Waktu Penting Bulan Hantu 2025

Penanggalan Lunar yang Menjadi Acuan

Tahun 2025 menjadi momen penting bagi pemeluk tradisi ini. Bulan ketujuh kalender lunar dimulai pada 23 Agustus 2025 dan akan berakhir pada 21 September 2025. Selama rentang waktu ini, berbagai kegiatan keagamaan dan budaya akan digelar di berbagai penjuru dunia, terutama di kawasan dengan populasi keturunan Tionghoa yang signifikan seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Tiongkok.

Kapan Puncak Festival: 6 September 2025

Tanggal 6 September 2025, yang bertepatan dengan tanggal 15 bulan ketujuh lunar, dipandang sebagai puncak perayaan bulan hantu, di kenal juga sebagai sembayang cap go. Malam itu dipercaya sebagai waktu paling aktif bagi roh-roh untuk hadir di dunia manusia. Oleh karena itu, masyarakat akan mengadakan berbagai ritual dan persembahan sebagai bentuk penghormatan dan pelimpahan jasa.

Tradisi Ulambana: Membantu Arwah di Alam Rendah

Pelimpahan Jasa sebagai Bentuk Kepedulian Spiritual

Salah satu praktik yang paling menonjol selama bulan hantu adalah pelimpahan jasa atau dikenal dalam istilah Buddhisme sebagai Upacara Ulambana. Dalam kepercayaan Buddhis, Ulambana dilakukan untuk membantu arwah leluhur, terutama yang masih berada di alam menderita atau “alam rendah”, agar memperoleh kelahiran kembali di alam yang lebih baik.

Pelimpahan jasa ini dapat berupa persembahan makanan, pembacaan sutra, hingga dana kepada biara dan para bhikkhu. Masyarakat percaya bahwa amal kebajikan ini akan membawa manfaat bukan hanya bagi arwah leluhur, tetapi juga bagi keluarga yang masih hidup.

Berbagai Bentuk Persembahan dan Larangan Selama Bulan Hantu

Ritual-Ritual Umum yang Dijalankan

Selama bulan hantu, banyak keluarga Tionghoa akan menyiapkan altar persembahan di rumah maupun di tempat umum. Mereka membakar dupa, menyajikan makanan, serta membakar kertas uang dan barang-barang replika dari kertas yang dianggap akan dibutuhkan oleh para arwah di alam baka.

Selain itu, pertunjukan opera jalanan atau wayang cina, serta konser musik rakyat yang dikenal sebagai Getai, juga diadakan untuk menghibur para roh yang berkunjung. Meski demikian, kursi di barisan depan akan dibiarkan kosong sebagai simbol penghormatan bagi para roh tersebut.

Larangan yang Dipegang Masyarakat

Tidak hanya diisi dengan berbagai ritual, bulan hantu juga diiringi dengan sejumlah pantangan yang masih dijaga oleh sebagian masyarakat. Beberapa di antaranya:

  • Tidak pindah rumah atau menikah selama bulan hantu.
  • Tidak berenang di malam hari karena diyakini roh air sedang aktif.
  • Tidak menggantung pakaian di luar rumah pada malam hari.
  • Tidak mengambil persembahan di tempat umum.

Meski terdengar klenik bagi sebagian kalangan, larangan-larangan ini sesungguhnya mencerminkan sikap hati-hati dan penuh rasa hormat terhadap dunia spiritual.

Dimensi Sosial dan Budaya dalam Masyarakat Modern

Tradisi yang Terus Hidup Meski Zaman Telah Berubah

Menariknya, di era modern ini bulan hantu tidak serta-merta ditinggalkan. Justru, banyak generasi muda yang mulai kembali menggali dan mengenal akar budayanya melalui kegiatan selama bulan hantu. Festival ini juga menjadi ajang edukasi budaya di sekolah-sekolah komunitas Tionghoa, serta dimanfaatkan oleh pariwisata budaya sebagai daya tarik spiritual yang unik.

Di sisi lain, teknologi pun telah mengubah cara masyarakat merayakan tradisi. Saat ini, pelimpahan jasa dan persembahan bisa dilakukan secara daring melalui platform digital keagamaan. Bahkan, pertunjukan Getai juga telah merambah ke siaran langsung di internet.

Refleksi Budaya: Lebih dari Sekadar Kepercayaan Mistis

Bulan hantu bukan hanya tentang roh atau dunia gaib. Di balik semua ritual dan kepercayaan tersebut, terdapat pesan moral dan sosial yang sangat relevan dengan kehidupan masa kini: pentingnya mengenang leluhur, menjaga hubungan antargenerasi, serta berbagi kepada sesama—terutama kepada mereka yang menderita dan terpinggirkan.

Tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa di tengah hiruk pikuk dunia, manusia tetap perlu menyisihkan waktu untuk berintrospeksi dan memahami keberadaan dirinya dalam konteks yang lebih luas: keluarga, budaya, dan spiritualitas.

Akhir Kata

Datangnya bulan ketujuh dalam kalender lunar Cina setiap tahunnya selalu membawa nuansa berbeda. Di tahun 2025, bulan hantu yang berlangsung dari 23 Agustus hingga 21 September, dengan puncaknya pada 6 September, akan kembali menjadi momentum penting bagi jutaan orang untuk menjalankan tradisi leluhur, mempersembahkan rasa hormat kepada mereka yang telah tiada, dan memperkuat nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang tradisi ini, informasi tambahan dapat ditemukan di berbagai platform edukatif dan budaya, termasuk di situs ajakteman.com yang turut menyajikan konten-konten informatif seputar kehidupan sosial dan budaya di Asia.


Telusuri Topik Terkait :