Media sosial, khususnya TikTok, belakangan ini diramaikan dengan tren video lucu yang mengangkat tema kesenjangan sosial. Dengan gaya santai dan penuh humor, banyak kreator membagikan percakapan absurd yang menyentil realita sosial—tanpa harus terlalu serius. Salah satu cuplikan yang viral berbunyi:
“Km lagi di garasi?”
“Bukan, ini aku lagi di ruang tamu ko”
“Loh, motornya parkir di ruang tamu?”
Sekilas terdengar lucu, namun secara tidak langsung percakapan ini menggambarkan kondisi masyarakat yang memiliki ruang tinggal terbatas hingga harus menyulap ruang tamu sebagai garasi dadakan. Inilah yang menjadikan tren ini menarik: lucu, relatable, tapi juga menyentuh isu sosial.
Tak sedikit warganet yang kemudian membuat versi-versi lain dengan konsep serupa. Misalnya:
-
“Kulkas kamu dua?”
“Yang satu buat makanan, yang satu buat skincare.”
Format lelucon seperti ini tidak hanya menghibur, tapi juga menyindir ketimpangan ekonomi dengan cara yang ringan. Kreator memanfaatkan sarkasme halus untuk mengangkat isu sosial, namun tetap membuat penonton tersenyum atau tertawa geli.
Namun, Penting untuk Diingat...
Meski banyak yang menganggapnya lucu, kita tetap harus bijak dalam membuat dan menyebarkan konten serupa. Jangan sampai candaan tentang kesenjangan sosial menjadi bahan olok-olok atau malah menyakiti perasaan orang lain. Humor memang punya kekuatan untuk menyuarakan kritik sosial, tetapi harus ditempatkan di ruang yang tepat dan dengan empati.
Beberapa kreator bahkan telah mulai menyisipkan disclaimer di awal atau akhir video mereka agar tidak disalahartikan. Ini langkah yang baik dan patut dicontoh demi menjaga ruang digital yang sehat dan tidak diskriminatif.
Akhir Kata
Fenomena video lucu tentang kesenjangan sosial di TikTok menjadi bukti bahwa kreativitas anak muda dalam menyampaikan realita sosial sangat luar biasa. Namun, mari kita gunakan tren ini dengan bijak. Humor boleh, asal tidak menyinggung. Kritik boleh, asal tetap menghormati. Karena di balik setiap tawa, selalu ada cerita yang lebih dalam.