Perayaan Ceng Beng merupakan salah satu tradisi budaya Tionghoa yang sarat makna dan nilai kekeluargaan. Di tahun 2025, perayaan ini akan semakin spesial dengan puncak sembayang di altar leluhur di rumah yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2025. Tradisi ini memiliki arti penting sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota keluarga.

Puncak sembayang pada tanggal 4 April 2025 menjadi titik fokus dari rangkaian kegiatan yang biasa diadakan selama perayaan Ceng Beng. Namun, tidak hanya pada hari itu saja kegiatan keagamaan dan tradisi diadakan. Sesuai dengan adat yang telah dijalankan turun temurun, perayaan Ceng Beng dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari puncak sembayang. Hal ini memberikan fleksibilitas kepada setiap keluarga untuk menyesuaikan jadwal sembahyang dengan kondisi dan kesibukan masing-masing anggota keluarga. Sehingga, perayaan Ceng Beng tahun 2025 secara keseluruhan dapat berlangsung mulai dari tanggal 25 Maret hingga 14 April 2025.
Rentang waktu 20 hari tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan serangkaian aktivitas yang tidak hanya terbatas pada sembahyang di altar leluhur di rumah, tetapi juga meliputi berbagai kegiatan lain yang mendukung nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan kepada leluhur. Pada hari-hari awal perayaan, banyak keluarga memanfaatkan waktu untuk membersihkan makam dan lingkungan sekitar sebagai simbol penyucian dan penghormatan. Pembersihan makam ini merupakan salah satu ritual penting yang dipercaya dapat membawa berkah serta mengusir bala bantuan. Ritual ini juga merupakan ajang untuk mengingat kembali jasa dan perjuangan para leluhur yang telah mendahului kita.
Selain itu, perayaan Ceng Beng juga identik dengan kegiatan penyajian makanan khas dan pembakaran kertas persembahan. Pembakaran kertas persembahan, atau yang biasa disebut “uang kertas” untuk arwah, merupakan simbol bahwa para leluhur tetap diberikan fasilitas layaknya kehidupan duniawi. Ritual ini dipercaya sebagai cara untuk memastikan bahwa roh para leluhur dapat menikmati hasil kerja keras anak cucu mereka di dunia fana. Tradisi ini pun sejalan dengan filosofi kehidupan yang mengajarkan rasa syukur dan penghormatan atas segala karunia yang telah diberikan oleh para pendahulu.
Dalam konteks modern, perayaan Ceng Beng di tahun 2025 juga mendapat sentuhan kekinian tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya. Banyak keluarga yang menggabungkan tradisi sembahyang dengan kegiatan kebersamaan seperti piknik keluarga atau acara reuni kecil. Momen ini dimanfaatkan untuk berbagi cerita, mengenang masa lalu, serta menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda agar mereka tetap menghargai warisan budaya yang telah ada sejak lama. Di samping itu, kehadiran teknologi juga dimanfaatkan untuk melakukan upacara sembahyang secara virtual, terutama bagi anggota keluarga yang berada jauh dari rumah.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut tidak hanya memperkuat ikatan keluarga, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan tradisi budaya. Masyarakat diharapkan dapat merasakan kebersamaan yang harmonis dengan tetap menjaga nilai-nilai kekeluargaan yang telah ada. Dengan demikian, perayaan Ceng Beng 2025 bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga momentum penting untuk mempererat tali silaturahmi antar generasi.
Secara keseluruhan, perayaan Ceng Beng tahun 2025 dimulai dari tanggal 25 Maret dan berakhir pada tanggal 14 April, dengan puncak sembayang di altar leluhur pada tanggal 4 April. Rentang waktu yang luas tersebut memberikan ruang bagi setiap keluarga untuk menyesuaikan pelaksanaan ritual sesuai dengan kondisi dan kepercayaan masing-masing, sehingga tradisi yang kaya makna ini tetap lestari di tengah arus modernisasi.